Selasa, 30 November 2010

Seruan Dalam Sholat Dan Ibadah Bab 51 - 100

Bab Ke-51: Seseorang Itu Dijadikan Imam Hanyalah Agar Ia Diikuti

Pada waktu sakit yang membawa kematiannya, Nabi saw shalat mengimami manusia sambil duduk.[22]
Ibnu Mas'ud berkata, "Apabila seseorang bangkit (mengangkat kepala) sebelum imam, maka hendaklah ia kembali lagi dan menantikan sekadar hingga imam bangkit, kemudian mengikutinya"[23]

Al-Hasan berkata mengenai orang yang ruku (shalat) dua rakaat bersama dengan imam dan tidak dapat sujud,[24] agar ia sujud untuk rakaat yang akhir itu dua kali sujud. Kemudian melengkapi rakaat yang pertama dengan sujudnya. Mengenai orang yang lupa satu sujud hingga dia berdiri, agar ia sujud.[25]
377. Aisyah berkata, "Rasulullah shalat di rumahnya ketika sakit (dan dalam satu riwayat: orang-orang datang menjenguk beliau ketika sakit 7/6) lalu beliau shalat dengan duduk sedangkan orang-orang shalat di belakang beliau dengan berdiri. Maka, Nabi memberi isyarat kepada mereka supaya duduk. Setelah selesai shalat beliau bersabda, 'Imam itu dijadikan hanyalah untuk diikuti. Jika imam mengerjakan ruku, rukulah kamu semua. Jika ia bangun (mengangkat kepala atau tubuhnya), maka bangunlah kamu semua. Dan, apabila dia shalat dengan duduk, maka shalatlah dengan duduk pula.'"

Al-Humaidi berkata, "Hadits ini mansukh 'dihapuskan', karena shalat yang terakhir dilakukan Nabi ialah beliau shalat dengan duduk. Sedangkan, orang-orang yang di belakang beliau dengan berdiri."[26]
378. Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah mengendarai kuda. Lalu, beliau jatuh dari kuda itu sehingga luka di tulang rusuk (dan dalam satu riwayat: betis) beliau yang sebelah kanan. Kemudian kami menjenguk beliau. Lalu, tiba waktu shalat (1/195), maka beliau shalat mengimami kami pada hari itu (1/179) dengan duduk dan kami pun shalat di belakang beliau sambil duduk. Ketika selesai shalat beliau bersabda, "Sesungguhnya imam dijadikan untuk diikuti. Karena itu, apabila imam bertakbir, maka bertakbirlah. Apabila dia shalat dengan berdiri, maka shalatlah dengan berdiri. Apabila dia ruku, maka rukulah. Apabila ia bangkit, maka bangkitlah. Apabila dia mengucapkan, 'Samiallahu liman hamidah' ; maka ucapkanlah, 'Rabbana lakal hamdu'. Apabila dia sujud, maka sujudlah. Apabila dia shalat dengan berdiri, maka shalatlah dengan berdiri. Dan, apabila dia shalat sambil duduk, maka shalatlah kalian sambil duduk."

Al-Humaidi berkata, "Sabda Nabi, 'Apabila dia (imam) shalat dengan duduk, maka shalatlah kamu dengan duduk.' Itu adalah pada saat sakitnya yang dahulu. Sesudah itu beliau shalat sambil duduk, sedang orang banyak (shalat) di belakang beliau sambil berdiri dan beliau tidak menyuruh mereka duduk. Maka, yang dipakai ialah yang terakhir dari perbuatan Nabi itu."[27]

Bab Ke-52: Kapankah Seharusnya Orang Yang Berada di Belakang Imam Bersujud?
 
Anas berkata, "Apabila imam telah sujud, bersujudlah kamu."[28]
379. Abdullah bin Yazid berkata, "Al-Barra' memberitahukan kepadaku, sedangkan dia bukan seorang pendusta, bahwa Rasulullah mengucapkan, 'Sami'allahu liman hamidah', maka tidak ada seorang pun di antara kami yang membengkokkan punggungnya sehingga Nabi sujud. Kemudian sesudah itu kami turun untuk sujud.'"



Bab Ke-53: Dosa Orang Yang Mengangkat Kepalanya Sebelum Imam (Mengangkat Kepala)
 
380. Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Apakah salah seorang di antara kamu tidak takut apabila ia mengangkat kepalanya sebelum imam, Allah akan menjadikan kepalanya itu seperti kepala keledai. Atau, Allah akan mengubah bentuknya menjadi seperti bentuk keledai?"

Bab Ke-54: Seorang Budak Atau Bekas Budak Menjadi Imam
 
Aisyah diimami shalatnya oleh budak nya Dzakwan yang membaca dari Al-Qur'an (bukan dari hafalan)[29]-dan anak lelaki wanita pelacur, orang dusun, dan anak yang belum dewasa. Karena Nabi saw telah bersabda, "Imam hendaknya seseorang yang terpandai dalam membaca kitabullah."[30]
Tidak terlarang budak mengimami jamaah, asal tidak cacat.
381. Ibnu Umar berkata, "Ketika kaum Muhajirin yang pertama sampai di Ushbah, suatu tempat di Quba', sebelum kedatangan Rasulullah, maka yang mengimami shalat bagi mereka (padahal sahabat-sahabat Nabi saw ada di Masjid Quba' 8/115) adalah Salim, mantan hamba sahaya Abu Hudzaifah, (diantara mereka terdapat Abu Bakar, Umar, Abu Salamah, Zaid, dan Amir bin Rabi'ah). Dia adalah orang yang paling banyak hafal Al-Qur'an."
382. Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Dengarkanlah dan taatilah meskipun yang memegang pemerintahan atasmu seseorang (budak 8/105) Habasyi yang kepalanya seperti anggur kering (kecil kepalanya)."

Bab Ke-55: Apabila Imam Tidak Melakukan Shalat dengan Sempurna Sedangkan Makmum Melakukannya dengan Sempurna
 
383. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Mereka (para imam) shalat untuk mengimami kamu. Jika mereka benar, maka (pahalanya) bagimu dan bagi mereka. Dan jika mereka salah, maka (pahalanya) bagimu dan (kesalahannya) atas mereka."


Bab Ke-56: Imamah Orang yang Terfitnah (Tidak Baik) dan Orang yang Senang Melakukan Bid'ah
 
Hasan berkata, "Shalatlah di belakang imam, dan dosa bid'ahnya menjadi tanggungannya sendiri."[31]
384. Ubaidillah bin Adi bin Khiyar mengatakan bahwa dia datang kepada Utsman bin Affan sewaktu ia dikepung, dan berkata kepadanya, "Engkau adalah pemimpin seluruh kaum muslimin, dan kami telah melihat apa yang menimpamu. Kami shalat diimami oleh imam penyebar fitnah, dan kami merasa prihatin." Utsman berkata, "Shalat adalah amal terbaik dari segala amal yang dilakukan manusia. Karena itu, pada waktu orang-orang melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, maka lakukanlah kebaikan bersama mereka. Pada waktu mereka melakukan perbuatan-perbuatan buruk, maka hindarilah perbuatan-perbuatan buruk itu."

Az-Zuhri berkata, "Kanu berpendapat sebaiknya tidak shalat di belakang orang laki-laki yang berlagak seperti wanita, kecuali dalam keadaan darurat."[32]

Bab Ke-57: Berdiri di Sebelah Kanan Imam dengan Sejajar Apabila Hanya Dua Orang (termasuk Imam) yang Shalat Berjamaah
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian hadits Ibnu Abbas yang tertera pada nomor 93 di muka.")


Bab Ke-58: Apabila Seorang Laki-Laki Berdiri di Sebelah Kiri Imam Kemudian Imam Memutarnya Ke Sebelah Kanannya, Maka Tidaklah Batal Shalat Mereka
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian hadits Ibnu Abbas di atas tadi [yakni nomor 93].")

Bab Ke-59 : Apabila Imam Belum Berniat Menjadi Imam Shalat Lalu Beberapa Orang Datang dan Dia Mengimami Mereka
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian hadits Ibnu Abbas yang disebutkan di muka.")

Bab Ke-60: Apabila Imam Memperpanjang Shalat dan Seseorang Mempunyai Kebutuhan Penting Lalu Dia Keluar dari Jamaah dan Shalat Sendirian


Bab Ke-61: Imam Mempersingkat Berdiri serta Menyempurnakan Ruku dan Sujud

385. Abu Mas'ud mengatakan bahwa seorang laki-laki berkata, "Demi Allah, wahai Rasulullah, sesungguhnya saya terlambat dari shalat Shubuh karena Fulan memperlama (dalam shalat 8/109) mengimami kami." Maka, saya tidak pernah (sama sekali 7/98) melihat Rasulullah memberi nasihat dalam keadaan yang lebih marah dari pada hari itu. Kemudian beliau bersabda, "Hai manusia! Sesungguhnya sebagian dari kamu ada orang yang membuat orang-orang lari. Barangsiapa di antara kamu shalat mengimami orang-orang, maka hendaklah ia meringkasnya. Karena di antara mereka ada orang yang lemah (dalam satu riwayat: sakit), ada orang yang tua, dan ada pula yang mempunyai keperluan."


Bab Ke-62: Apabila Seseorang Shalat Sendirian, Silakan Memperpanjang Shalat Sekehendak Hatinya
 
386. Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila seseorang dari kamu shalat mengimami orang-orang, hendaklah meringkasnya. Karena, di antara makmum itu ada orang yang lemah, orang sakit, dan orangtua. Apabila dia shalat sendirian, maka panjangkanlah sekehendak hatinya"


Bab Ke-63: Orang yang Mengadukan Imamnya Jika Imam Itu Memperpanjang Shalatnya
 
Abu Usaid[33] berkata, "Engkau terlalu memanjangkan shalatmu terhadapku, wahai anakku."
387. Jabir bin Abdullah al-Anshari berkata, "(Mu'adz bin Jabal pernah shalat isya bersama Nabi. Setelah itu dia pulang dan mengimami kaumnya shalat itu. Kemudian 1/172) datanglah seorang laki-laki dengan membawa dua ekor unta penyiram tanaman, sedangkan waktu malam telah tiba. Ia kebetulan melihat Mu'adz sedang mengerjakan shalat. Orang itu lalu meninggalkan untanya, kemudian mendatangi tempat Mu'adz mengerjakan shalat. Tiba-tiba Mu'adz membaca surah al-Baqarah. Maka, laki-laki itu meninggalkan shalat dan shalat sendiri dengan ringkas. Kemudian apa yang dilakukannya itu diinformasikan oleh seseorang kepada Mu'adz, (lalu Mu'adz mengatakan, 'Sesungguhnya dia itu orang munafik.' 7/97). Kemudian sampailah informasi kepada orang itu bahwa Mu'adz mengecamnya. Lalu, dia datang kepada Nabi saw dan melaporkan tentang Mu'adz kepada beliau seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah orang yang bekerja dengan tangan kami, dan kami menyiram tanaman kami dengan unta-unta penyiram tanaman. Tadi malam Mu'adz shalat mengimami kami, lantas ia membaca surah al-Baqarah. Maka, aku memisahkan diri dan shalat sendiri dengan ringkas. Tetapi, dia kemudian menganggap aku sebagai orang munafik.' Lalu Nabi saw bersabda (tiga kali), 'Wahai Mu'adz, apakah engkau tukang membawa bencana? Alangkah baiknya kalau kamu membaca "Sabbihisma Rabbikal A'la (surah 87. Al A'laa), Wasy-Syamsyi wa Dhuhaaha (surah 91. Asy-Syams), Wallaili idzaa Yaghsyaa (surah 91. Al-Lail), sebab di belakangmu ada orangtua, ada yang lemah, dan ada orang yang mempunyai keperluan."

Bab Ke-64: Mengerjakan Shalat dengan Singkat Tetapi Sempurna

388. Anas berkata, "Nabi pernah memendekkan shalat beliau, dan beliau melakukannya dengan sempurna."

Bab Ke-65: Orang yang Meringankan Shalat Ketika Terdengar Suara Tangis Bayi
 
389. Abi Qatadah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Aku sedang mengerjakan shalat dan mau memperpanjangnya, namun aku mendengar tangis anak kecil. Lalu, aku ringkas (ringankan) shalatku, karena aku tidak senang untuk menyusahkan ibunya."
390. Anas bin Malik berkata, "Aku tidak pernah shalat di belakang seorang imam yang shalatnya lebih ringan dan lebih sempurna daripada Nabi. Beliau memperpendek shalat apabila beliau mendengar tangis seorang bayi, karena takut ibu anak itu merasa menderita."
391. Anas bin Malik mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Pada waktu mulai shalat, aku bermaksud untuk memanjangkannya. Tetapi, setelah mendengar tangis seorang bayi, aku memendekkannya. Karena, aku mengetahui betapa perasaan hati ibunya mendengar tangis bayi itu."

Bab Ke-66: Apabila Seseorang Telah Selesai Shalat Lalu (Shalat Lagi) Mengimami Orang Banyak
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian hadits Jabir yang tersebut pada nomor 387 di muka.")

Bab Ke-67: Orang yang Memperdengarkan Takbir Imam kepada Orang Banyak
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian dari hadits Aisyah yang tercantum pada nomor 266 di muka.")


Bab Ke-68: Orang yang Mengikuti Imam dan Orang-Orang Lain Mengikuti Gerakan Makmum yang Ada di Mukanya
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan sebagian banyak hadits Aisyah yang diisyaratkan di atas.")

Bab Ke-69: Apakah Imam Itu Perlu Memperhatikan Ucapan Orang Banyak Jika Imam Itu Ragu (dalam Shalatnya)
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Hurairah yang tersebut pada nomor 268 di muka.")

Bab Ke-70: Apabila Imam Menangis di dalam Shalat
 
Abdullah bin Syaddad berkata, "Saya mendengar isak tangis Umar padahal saya berada pada shaf terakhir, ketika dia membaca ayat, 'Innamaa asykuu batstsii wa huznii ilallah 'Sesungguhnya aku hanya mengadukan duka dan kesedihanku kepada Allah'.'"[34]
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Hurairah yang tersebut pada nomor 268 di muka.")


Bab Ke-71: Meluruskan Semua Shaf Ketika Iqamah dan Sesudahnya
 
392. Nu'man bin Basyir berkata, "Rasulullah bersabda, 'Sungguh kamu sekalian meluruskan shaf-shafmu atau Allah memalingkan antara muka muka kamu."


Bab Ke-72: Imam Menghadap kepada Manusia (Makmum) Pada Waktu Meluruskan Shaf
 
393. Anas r.a. berkata, "Iqamah telah dikumandangkan, lalu Rasulullah menghadap kami dan bersabda, 'Luruskanlah shaf-shaf kamu dan rapatkanlah, karena sesungguhnya aku melihatmu dari belakang punggungku.' Salah seorang dari kami menempelkan pundaknya ke pundak kawannya, dan kakinya ke kaki kawannya."


Bab Ke-73: Shaf Pertama
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Hurairah yang tersebut pada nomor 241 di muka.")

Bab Ke-74: Meluruskan Shaf Termasuk Kesempurnaan Shalat
 
394. Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Imam itu dijadikan untuk diikuti. Karena itu, janganlah kamu menyalahinya. Apabila dia sudah bertakbir, maka bertakbirlah kamu (1/179). Apabila dia ruku, maka rukulah kamu. Apabila dia membaca, 'Sami'allaahu liman hamidah' ; maka bacalah, 'Rabbana wa lakal hamdu.' Apabila dia sujud, maka sujudlah kamu. Apabila dia shalat dengan duduk, maka shalatlah kamu semua dengan duduk. Luruskan shaf (barisan) dalam shalat, sesungguhnya meluruskan shaf itu sebaik-baik shalat."

395. Anas mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Luruskanlah shaf kalian, karena meluruskan shaf itu adalah termasuk kesempurnaan mendirikan shalat."


Bab Ke-75: Dosa Orang Yang Tidak Menyempurnakan Shaf
 
392. Dari Busyair bin Yasar al Anshari dari Anas bin Malik bahwasanya ia datang di Madinah lalu ditanyakan kepadanya, "Apakah ada sesuatu yang kamu ingkari (anggap tidak baik) dari apa yang kami semua lakukan sejak hari kamu bergaul bersama Rasulullah?" Ia berkata, "Saya tidak mendapat sesuatu yang patut saya ingkari kecuali kalian tidak meluruskan shaf pada waktu shalat."


Bab Ke-76: Merapatkan Bahu dengan Bahu dan Kaki dengan Kaki di Dalam Shaf
 
Nu'man bin Basyir berkata, "Aku melihat bahwa setiap orang di antara kami merapatkan mata kakinya dengan mata kaki sahabatnya."[35]
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Anas yang disebutkan pada nomor 341 di muka.")

Bab Ke-77: Jika Seorang Makmum Laki-Laki Berdiri di Sebelah Kiri Imam, Lalu Dia Dipindahkan Oleh Imam dari Belakangnya Ke Arah Sebelah Kanannya, Maka Sempurnalah Shalatnya
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ibnu Abbas yang tercantum pada nomor 93 di muka.")

Bab Ke-78: Seorang Wanita yang Sendirian Dapat Dianggap Sebagai Satu Shaf
 
397. Anas bin Malik berkata, "Aku dan seorang anak yatim shalat bersama-sama di rumah kami di belakang Nabi, sedangkan ibuku, Ummu Sulaim, di belakang kami."

Bab Ke-79: Bagian Sebelah Kanan Masjid dan Imam
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ibnu Abbas yang diisyaratkan di atas.")

Bab Ke-80: Apabila Antara Imam dan Makmum Terdapat Dinding atau Tabir
 
Al-Hasan berkata, 'Tidak mengapa engkau melakukan shalat sedang antara engkau dengan imam terdapat sungai."[36]
Abu Mijlaz berkata, "Boleh seseorang bermakmum kepada imam, meskipun di antara keduanya terdapat jalan atau dinding apabila dia dapat mendengar takbir imam."[37]
398. Aisyah r.a. berkata, "Nabi saw biasa melakukan shalat malam [dalam masjid 2/44] di kamar beliau, sedang dinding kamar beliau rendah. Sehingga, orang-orang dapat melihat sosok Nabi saw. (Dan dari jalan lain: beliau mempunyai tikar yang biasa dihamparkan pada siang hari [untuk diduduki 7/50] dan dijadikan dinding kamar pada malam hari). Lalu orang-orang melakukan shalat dengan bermakmum mengikuti shalat beliau. Pagi harinya, mereka memperbincangkan hal itu. Kemudian beliau mengerjakan shalat pada malam yang kedua. Lalu, orang-orang [semakin banyak jumlahnya] mengerjakan shalat mengikuti shalat beliau. Mereka lakukan hal itu dua atau tiga malam. Pada malam ketiga orang-orang yang ke masjid semakin bertambah banyak. Lalu Rasulullah keluar menunaikan shalat, dan mereka pun shalat mengikuti beliau. Maka, pada malam keempat, masjid tidak mampu menampung orang-orang. Setelah itu, Rasulullah duduk dan tidak keluar kepada mereka. Pagi harinya, orang-orang memperbincangkan hal itu. Lalu, beliau mengucapkan kalimat syahadat (dan dalam satu riwayat: hingga keluar untuk shalat subuh). Setelah selesai shalat subuh, beliau menghadap orang banyak seraya mengucapkan kalimat syahadat dan bersabda, 'Amma ba'du, sesungguhnya posisimu ini tidak mengkhawatirkan atas saya.' Dalam dalam riwayat lain, 'Sesungguhnya aku telah mengetahui apa yang kamu perbuat. Tidaklah ada yang menghalangiku untuk keluar kepadamu melainkan karena aku takut akan diwajibkan shalat malam atas kamu (lantas kamu tidak mampu melaksanakannya).' Kemudian beliau menghadap kepada manusia seraya bersabda, 'Wahai manusia, ambillah (dalam satu riwayat: kerjakanlah 7/282) dari amalan-amalan apa yang sekiranya mampu kalian lakukan. Karena, sesungguhnya Allah tidak akan merasa bosan sehingga kamu yang merasa bosan. Sesungguhnya amalan yang dicintai Allah ialah yang dikerjakan secara rutin meskipun hanya sedikit.' Hal itu terjadi pada bulan Ramadhan. Kemudian Rasulullah wafat sedang urusannya tetap seperti itu."

Bab Ke-81: Shalat Malam

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Zaid bin Tsabit yang tersebut pada '78 - AL-ADAB/75 - BAB'.")

Bab Ke-82: Wajibnya Bertakbir Dan Memulai Shalat
 

Bab Ke-83: Mengangkat Kedua Tangan Dalam Takbir Pertama Sekaligus Sebagai Pembukaan Shalat
 
399. Dari Salim bin Abdullah dari ayahnya bahwa Rasulullah mengangkat kedua tangan (sehingga keduanya 1/180) sejajar dengan kedua pundak beliau ketika bertakbir, yakni apabila beliau memulai shalat. Apabila beliau takbir untuk ruku, beliau kerjakan seperti itu. Dan, ketika mengangkat kepala dari ruku, maka beliau mengangkat kedua tangan pula sambil mengucapkan, "Sami 'allahu liman hamidah, Rabbanaa wa lakal-hamdu." Beliau tidak melakukannya pada waktu sujud. Juga tidak mengangkat tangan ketika bangun dari sujud."[38]

Bab Ke-84: Mengangkat Kedua Tangan Ketika Bertakbir, Ketika Ruku, dan Ketika Bangun dan Ruku (I'tidal)
 
400. Abu Qilabah mengatakan bahwa ia melihat Malik ibnul-Huwairits apabila shalat dia mengucapkan takbir sambil mengangkat kedua tangannya, dan mengangkat kedua tangannya pada waktu ruku. Apabila dia mengangkat kepalanya dari ruku, maka dia mengangkat kedua tangannya. Malik ibnul-Huwairits memberitahukan bahwa Rasulullah melakukan demikian.

Bab Ke-85: Sampai di Manakah Seseorang Itu Mengangkat Kedua Tangannya

Abu Humaid berkata menyampaikan informasi dari para sahabat, "Nabi mengangkat tangan sejajar dengan kedua pundaknya."[39]
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Umar yang baru disebutkan pada nomor 399 di atas.")

Bab Ke-86: Mengangkat Kedua Tangan Ketika Berdiri dari Dua Rakaat

401. Nafi' mengatakan bahwa Ibnu Umar apabila memulai shalat, dia bertakbir sambil mengangkat kedua tangannya. Ketika ruku, dia mengangkat kedua tangannya. Ketika membaca, "'Sami'allahu liman hamidah'; dia mengangkat kedua tangannya. Apabila dia berdiri dari dua rakaat, maka dia mengangkat kedua tangannya." Ibnu Umar me-rafa'-kan hadits ini sampai kepada Nabi saw..

Bab Ke-87.: Meletakkan Tangan Kanan di Atas Tangan Kiri
 
402. Sahl bin Sa'ad r.a. berkata, "Orang-orang diperintahkan supaya meletakkan tangan kanan di atas tangannya yang kiri dalam shalat."
Abu Hazim berkata, "Aku tidak mengetahui melainkan ia (Sahl bin Sa'ad) menisbatkan perintah itu kepada Nabi." Isma'il berkata, "Perintah itu dinisbatkan, dan ia tidak mengatakan, 'menisbatkan'."

Bab Ke-88: Khusyu dalam Melakukan Shalat
 
403. Anas bin Malik r.a. mengatakan bahwa Nabi saw shalat bersama mereka. Lalu, beliau naik ke mimbar, lantas bersabda, "Lakukanlah (dan dalam satu riwayat: sempurnakanlah 7/221) ruku dan sujud. Demi Allah, sesungguhnya aku dapat mengetahui hal-ihwalmu semua dari belakangku atau dari balik punggungku (dalam satu riwayat: sebagaimana aku lihat kamu)[40] sewaktu kamu mengerjakan ruku dan sujud."


Bab Ke-89: Apa yang Diucapkan Oleh Seseorang Sesudah Bertakbir
 
404. Anas r.a. mengatakan bahwa Nabi saw., Abu Bakar r.a., dan Umar r.a. memulai (bacaan) shalat dengan, 'Alhamdulillahi rabbil'alamiin'."
405. Abu Hurairah r.a. berkata, "Rasulullah diam di antara takbir dan bacaan (al-Faatihah) sejenak. Saya berkata, 'Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, apakah yang engkau baca di kala engkau diam antara takbir dan bacaan (al-Faatihah)?' Beliau bersabda, 'Saya membaca:


'Allahumma baa'id bainii wabaina khathaayaaya kamaa baa'adta bainal masyriqi wal maghribi, allahumma naqqinii minal khathaayaa kamaa yunaqqatstsaubul abyadhu minad-danasi, allaahummaghsil khathaayaaya bil maai watstsalji walbaradi.' 'Ya Allah, jauhkanlah antara saya dan kesalahan saya sebagaimana Engkau menjauhkan antara barat dan timur. Ya Allah, bersihkanlah saya dari kesalahan-kesalahan sebagaimana kain putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, basuhlah kesalahan kesalahan saya dengan air, es, dan embun'."

Bab Ke-90: Menatapkan Mata Kepada Imam di Dalam Shalat
 
Aisyah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda di waktu selesai mengerjakan shalat gerhana matahari, "Aku melihat neraka dan salah satu sisinya menghancurkan sisi lainnya. (Hal itu terjadi) ketika kalian melihatku mundur (ketika shalat)."[41]
406. Abu Ma'mar r.a. berkata, "Kami berkata kepada Khabbab, 'Apakah Rasulullah membaca pada shalat zhuhur dan ashar?' Ia menjawab, 'Ya.' Kami bertanya, 'Dengan apakah kamu dapat mengetahui hal itu?' Ia menjawab, 'Dengan gerak jenggot beliau.'"
407. Anas bin Malik r.a. berkata, "Nabi pada suatu hari shalat bersama-sama dengan kami. Kemudian beliau naik ke mimbar dan menunjuk dengan tangannya ke arah kiblat masjid. Kemudian beliau bersabda, 'Sekarang saya sungguh-sungguh telah melihat (dalam satu riwayat: diperlihatkan kepadaku) surga dan neraka. Yaitu, sejak saya shalat tadi bersama-sama dengan kamu sekalian. Kedua-duanya bagaikan tergambar dalam penglihatanku di dinding arah kiblat itu. Belum pernah saya menyaksikan kebahagiaan dan kesengsaraan seperti yang kusaksikan hari ini.'" (Ucapan beliau itu diulanginya sampai tiga kali)


Bab Ke-91: Melihat ke Langit pada Waktu Shalat
 
408. Anas bin Malik r.a. berkata, "Nabi bersabda, 'Bagaimanakah keadaan suatu kaum yang mengangkat pandangannya ke langit di dalam shalat? (Sabda beliau tentang hal itu semakin keras sehingga beliau bersabda), 'Sungguh mereka menghentikan hal itu, atau pandangan-pandangan mereka akan disambar.'"


Bab Ke-92: Menoleh di Dalam Shalat
 
409. Aisyah r.a. berkata, "Saya bertanya kepada Rasulullah tentang menoleh dalam shalat. Beliau bersabda, 'Hal itu adalah barang rampasan, yakni setan merampasnya dari shalat seorang hamba.'"

Bab Ke-93: Apakah Boleh Menoleh karena Ada Suatu Perkara yang Datang, Melihat Sesuatu, atau Tampak Ada Bekas Ludah di Arah Kiblat?

Sahl berkata, "Abu Bakar menoleh, lalu melihat Nabi."[42]

Bab Ke-94: Wajibnya Membaca al-Faatihah untuk Imam dan Makmum dalam Semua Shalat di Mana Saja
 
410. Jabir bin Samurah r.a. berkata, "Penduduk Kufah mengadukan Sa'ad kepada Umar, maka Umar menarik Sa'ad dan mengangkat Amar (sebagai imam shalat). Mereka pun mengadu, sampai mereka menuturkan bahwa ia tidak baik dalam shalatnya. Lalu diutuslah (seseorang) kepadanya lalu berkata, 'Hai Abu Ishaq, mereka menganggap bahwa shalatmu tidak baik.' Ia menjawab, 'Adapun saya, demi Allah, saya shalat bersama (mengimami) mereka seperti shalatnya Rasulullah. Saya tidak menguranginya. Saya shalat isya (dalam satu riwayat: dua shalat petang hari 1/185), lalu saya panjangkan berdiri pada dua rakaat pertama dan saya ringankan pada dua rakaat terakhir. Saya tidak peduli mengenai apa yang saya contoh dari shalat Rasulullah.' Umar berkata, 'Benar engkau, begitulah sangkaan orang terhadapmu, wahai Ishaq.' Kemudian diutuslah seorang atau beberapa orang laki-laki bersamanya ke Kufah. Lalu, ia bertanya kepada penduduk Kufah dan dia tidak meninggalkan masjid sehingga menanyakannya. Mereka memujinya secara baik sampai ia masuk ke masjid bani Abas. Seorang laki-laki dari mereka yang bernama Usamah bin Qatadah yang dijuluki Abu Sa'adah berkata, 'Bila kamu menanyakan kepada kami, sesungguhnya Sa'ad itu tidak mau berjalan bersama tawanan, ia tidak membagi sama rata, dan tidak adil dalam memutuskan perkara.' Sa'ad berkata, 'Demi Allah, saya benar-benar berdoa dengan tiga macam yaitu, 'Wahai Allah, jika hamba-Mu ini (yakni Usamah bin Qatadah) berdusta, melakukan hal itu karena riya dan sum'ah 'memperdengarkan amal', maka panjangkanlah umurnya, panjangkanlah kemiskinannya, dan hadapkanlah dia kepada fitnah-fitnah.' Setelah itu, apabila ia (Usamah bin Qatadah) ditanya, maka ia berkata, 'Seorang tua bangka, terkena fitnah karena doa Sa'ad menimpa diriku.'" Abdul Malik berkata, "Sesudah itu saya melihat kedua kelopak matanya (Usamah bin Qatadah) turun pada kedua matanya karena tua. Ia digandeng oleh anak-anak wanita di jalan di mana ia meraba-raba mereka."
411. Ubadah ibnush-Shamit mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca 'Pembukaan Al-Qur'an' (al-Faatihah)"

Bab Ke-95: Bacaan di Dalam Shalat Zhuhur
 
412. Abu Qatadah r.a. berkata, "Nabi membaca dalam dua rakaat yang pertama dalam shalat zhuhur dengan al-Faatihah dan dua surah (dalam satu riwayat: satu surah satu surah) [dan dalam dua rakaat yang akhir dengan (Ummul Kitab/al-Faatihah), 1/189]. Beliau panjangkan bacaan pada rakaat pertama dan beliau pendekkan pada rakaat kedua. Kadang-kadang beliau memperdengarkan bacaannya. Beliau biasa membaca al-Faatihah dan dua surah, beliau panjangkan pada yang pertama. Beliau biasa memanjangkan rakaat pertama dan beliau pendekkan rakaat yang kedua pada shalat subuh."


Bab Ke-96: Membaca Al-Qur'an Pada Waktu Shalat Ashar
 

Bab Ke-97: Membaca Al-Qur'an pada Waktu Shalat Maghrib
 
413. Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Ummu Fadhl mendengar saat ia membaca, "Walmursalaati 'Urfaa." Lalu, Ummu Fadhl berkata kepadanya, "Wahai anakku, demi Allah, dengan bacaanmu akan surah ini engkau telah mengingatkan aku. Karena, surah ini adalah surah yang terakhir saya dengar dari Rasulullah yang beliau baca pada waktu shalat magrib." (Dan dalam satu riwayat: "Kemudian sesudah itu beliau tidak shalat dengan kami lagi sehingga Allah mewafatkan beliau." 5/137)

414. Dari Urwah bin Zubair dari Marwan bin al-Hakam[43] bahwa ia berkata, "Zaid bin Tsabit berkata kepadaku, 'Mengapa engkau membaca surah-surah pendek dalam shalat magrib, padahal saya mendengar Rasulullah membaca dua surah yang panjang?'"


Bab Ke-98: Membaca Keras Pada Waktu Shalat Magrib
 
415. Jubair bin Muth'im (yang datang dalam rombongan tawanan Perang Badar, 4/31) berkata, "Saya mendengar Rasulullah membaca surah ath-Thuur pada waktu shalat magrib. Ketika sampai pada ayat ini, "Am khuliquu min ghairi syai-in am humul-khaaliquun. Am khalaqus-samaawaati wal-ardha, bal laa yuuqinuun. Am 'indahum khazaainu Rabbika am humul-musaithiruun 'Apakah mereka diciptakan bukan dari sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri? Ataukah, mereka telah menciptakan langit dan bumi ini? Sebenarnya mereka tidak meyakini apa yang mereka katakan. Ataukah, di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa?', maka hati saya seakan-akan hendak terbang (6/49). Itulah saat pertama kali iman mantap di dalam hatiku." (5/20)

Bab Ke-99: Membaca Keras pada Waktu Shalat Isya
 
416. Abu Rafi' r.a. berkata, "Saya shalat bersama Abu Hurairah pada shalat isya. Kemudian dia membaca 'Idzassamaa-un syaqqat; lalu dia bersujud (yakni sujud tilawah). Saya bertanya kepadanya, 'Bagaimana ini?' Lalu dia berkata, 'Aku bersujud pada waktu membaca surah ini di belakang Abul Qasim (Nabi saw.) dan aku senantiasa sujud sampai beliau melepaskannya.'"
417. Al-Barra' r.a. mengatakan bahwa Nabi saw sedang dalam bepergian. Lalu, beliau membaca "Wattiini wazzaitun" pada waktu shalat isya dalam salah satu dari dua rakaat (pertamanya). (Maka 8/ 214) saya tidak pernah mendengar seseorang yang suaranya atau bacaannya lebih bagus daripada beliau."

Bab Ke-100: Membaca Ayat Sajdah (Bersujud Tilawah) di Dalam Shalat Isya
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Hurairah di muka.")

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Kumpulan Hadist Shahih | Al - Hadist . All Rights Reserved
Home | Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Site map
Design by Herdiansyah . Published by Borneo Templates