Bab Ke-101: Surah yang Dibaca di Dalam Shalat Isya
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits al-Barra' tadi.")
Bab Ke-102: Memperpanjang Kedua Rakaat yang Pertama dan Memendekkan Kedua Rakaat Yang Terakhir
(Saya berkata; "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Jabir bin Samurah yang tersebut pada nomor 414 di muka.")
Bab Ke-103: Membaca Surah dalam Shalat Subuh
Ummu Salamah berkata, "Nabi membaca surah ath-Thuur."[44]
418. Abu Hurairah r.a. berkata mengenai apa yang dibaca pada setiap shalat, "Apa yang diperdengarkan oleh Rasulullah kepada kami, kami perdengarkan kepadamu. Dan, apa yang beliau sembunyikan terhadap kami, kami sembunyikan kepadamu. Jika kamu tidak menambah terhadap Ummul Qur'an (al-Faatihah), maka cukuplah, dan jika kamu menambahnya, maka hal itu lebih baik."
Bab Ke-104: Menyaringkan Suara Bacaan Pada Waktu Shalat Subuh
Ummu Salamah berkata, "Saya thawaf di belakang orang-orang dan Nabi shalat dengan membaca surah ath-Thuur'."[45]
419. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Nabi membaca apa yang diperintahkan dan diam pada apa yang diperintahkan, 'Dan Tuhanmu tidaklah pelupa', dan 'Telah ada bagimu sekalian teladan yang baik pada Rasulullah'."
Bab Ke-105: Mengumpulkan Bacaan Antara Dua Buah Surah dalam Satu Rakaat dan Membaca Ayat-ayat Terakhir dari Beberapa Surah atau Membaca Suatu Surah Sebelum Surah yang Lain atau Membaca Permulaan Surah
Abdullah bin Saib meriwayatkan bahwa Nabi saw membaca surah al-Mu'minuun dalam shalat subuh. Ketika sampai pada cerita tentang Musa dan Harun atau tentang Isa, beliau batuk, lalu ruku.
Umar membaca sebanyak 120 ayat dari surah al-Baqarah dalam rakaat pertama. Dalam rakaat kedua membaca sebuah surah dari al-Matsani 'surah-surah yang kurang dari 100 ayat'.[46]
Ahnaf membaca surah al-Kahfi dalam rakaat pertama, dan dalam rakaat kedua membaca surah Yusuf atau surah Yunus. Ahnaf mengatakan bahwa ia pernah shalat subuh bersama (bermakmum) kepada Umar r.a. dan Umar juga membaca dua surah tadi.[47]
Ibnu Mas'ud membaca 40 ayat dari surah al-Anfal (pada rakaat yang pertama) dan pada rakaat yang kedua membaca satu surah dari surah al Mufashshal 'surah-surah pendek, yang di mulai dari surah 50 (surah Qaaf) sampai akhir Al-Qur'an'.[48]
Qatadah berkata mengenai orang yang membaca satu surah di dalam dua rakaat atau mengulangi surah yang sama dalam dua rakaat, "Semua itu adalah kitab Allah."[49]
Ubaidullah berkata dari Zaid bin Tsabit: dari Anas, "Salah seorang Anshar shalat mengimami orang-orang Anshar yang lain di Masjid Quba'. Sudah menjadi kebiasaannya membaca 'Qul Huwallahu Ahad' (setelah membaca surah al-Faatihah) apabila dia hendak membaca suatu bacaan di dalam shalat. Setelah selesai membaca surah itu (Qul Huwallaahu Ahad), dia membaca surah yang lain bersamanya. Hal itu ia lakukan pada setiap rakaat. Beberapa orang kawannya mengemukakan pembicaraan atau saran kepadanya dengan berkata, 'Sesungguhnya Anda membaca surah itu dan tidak menganggapnya cukup, dan Anda membaca surah yang lain. Bagaimana kalau Anda membaca surah itu saja atau meninggalkannya dan membaca yang lain?' Orang Anshar itu menjawab, 'Aku sama sekali tidak akan meninggalkan bacaan surah 'Qul Huwallahu Ahad' itu. Oleh sebab itu, kalau kamu semua masih senang jika aku menjadi imam untukmu dengan cara sebagaimana yang kulakukan itu, maka aku akan mengerjakan (bertindak sebagai imam). Dan, jika kamu sudah tidak senang terhadap yang demikian itu, biarlah aku tinggalkan kamu.' Mereka mengetahui bahwa dia adalah orang yang terbaik di antara mereka. Mereka pun tidak ingin orang lain menggantikannya untuk mengimami mereka. Pada waktu Nabi saw. datang kepada mereka seperti biasanya, mereka memberitahukan hal itu kepada beliau. Lalu Nabi bersabda kepada orang itu, 'Hai Fulan, apa yang melarangmu dari melakukan sesuatu yang dimintai oleh sahabat-sahabatmu? Dan, apa yang mendorongmu untuk senantiasa membaca surah itu di dalam setiap rakaat?' Dia menjawab, 'Aku menyukai surah itu.' Nabi bersabda, 'Kecintaanmu kepada surah itu akan membuatmu masuk surga.'"[50]
420. Abu Wail berkata, "Seorang laki-laki datang kepada Ibnu Mas'ud. Ia berkata, 'Tadi malam saya membaca surah al Mufashshal 'surah-surah pendek' dalam satu rakaat. Petikan ini seperti petikan syair. Saya telah mengetahui pasangan-pasangan yang Nabi gandengkan antara surah-surah yang berpasangan itu. Ia menyebutkan dua puluh surah al-Mufashshal, dua surah pada tiap-tiap satu rakaat (menurut susunan Ibnu Mas'ud, yang terakhir adalah surah-surah Ha Mim, 6/101). (dalam satu riwayat: Kami telah mendengar bacaan itu. Sesungguhnya saya lebih hafal terhadap pasangan-pasangan surah yang biasa dibaca Nabi, delapan belas surah dari al Mufashshal, dan dua surah dari keluarga (kelompok) surah Ha Mim.'"
Bab Ke-106: Membaca Fatihatul Kitab (Surah al-Faatihah) Saja dalam Dua Rakaat Terakhir
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Qatadah yang tersebut pada nomor 412 di muka.")
Bab Ke-107: Orang yang Memperlahankan Bacaan Shalat Zhuhur dan Ashar
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Khabbab yang tercantum pada nomor 406 di muka.")
Bab Ke-108: Jika Imam Memperdengarkan Bacaan Ayat
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Qatadah yang baru disebutkan di muka.")
Bab Ke-109: Memanjangkan Bacaan Pada Rakaat yang Pertama
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Qatadah yang diisyaratkan di atas.")
Bab Ke-110: Imam Menyaringkan Bacaan Amin
Atha' berkata, "Amin adalah sebuah doa. Ibnu Zubair dan orang-orang yang di belakangnya mengucapkan 'amin' sehingga gemuruh suaranya di dalam masjid. Abu Hurairah berseru kepada imam, 'Janganlah lupakan aku mengucapkan, 'Amin'."[51]
Nafi' berkata, "Ibnu Umar tidak pernah meninggalkan bacaan amin, dan menyuruh orang lain supaya mengucapkannya. Aku mendengar suatu hal yang baik tentang hal itu darinya."[52]
421. Abu Hurairah mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Apabila imam (dan dalam satu riwayat: pembaca 7/167) membaca amin, maka bacalah amin olehmu. Karena, malaikat juga mengucapkan amin. Sesungguhnya barangsiapa yang bacaan aminnya bersamaan dengan bacaan amin malaikat, maka diampunilah dosanya yang telah lampau."
Ibnu Syihab berkata, "Rasulullah mengucapkan amin."
Bab Ke- 111: Keutamaan Bacaan Amin
Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila salah seorang di antaramu membaca amin dan malaikat di langit membaca amin, lalu bersesuaian yang satunya dengan yang lain, maka diampunilah dosanya yang telah lalu."
Bab Ke-112: Makmum Mengeraskan Bacaan Amin
Dari jalan kedua dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila imam selesai mengucapkan, 'Ghairil maghdhuubi 'alaihim waladhdhaalliin ; maka ucapkanlah, 'Amin.' Karena sesungguhnya orang yang bacaannya bersamaan dengan malaikat, maka diampunilah dosanya yang telah lalu."
Bab Ke- 113: Jika Seseorang Melakukan Ruku Sebelum Sampai ke Shaf
422. Abu Bakrah mengatakan bahwa ia datang kepada Nabi saw dan beliau sedang ruku. Maka, ia ruku sebelum sampai ke shaf. Kemudian ia menuturkan hal itu kepada Nabi. Lalu, beliau menjawab, "Semoga Allah menambah semangatmu, namun jangan kamu ulangi lagi."
Bab Ke-114: Menyempurnakan Takbir dalam Ruku
423. Abu Hurairah mengatakan bahwa ia shalat menjadi imam bagi orang banyak. Dia membaca takbir setiap kali ia menunduk (turun) dan bangkit. Setelah shalat ia berkata, "Sesungguhnya shalatku sama dengan shalat Rasulullah."
Bab Ke-115: Menyempurnakan Takbir dalam Sujud
424. Mutharrif bin Abdullah berkata, "Saya pernah shalat di belakang Ali bin Abi Thalib sebagai makmum, juga Imran bin Husain. Apabila hendak sujud, Ali mengucapkan takbir; apabila mengangkat kepalanya, dia bertakbir; dan apabila bangun dari rakaat kedua (setelah tasyahud awal), dia juga bertakbir. Setelah selesai shalat, Imran mengambil tanganku dan berkata, '[Sungguh 1/200] dia (Ali) ini membuatku ingat shalat Nabi Muhammad.' Atau dia mengatakan, 'Dia shalat mengimami kita seperti shalat Nabi Muhammad.'"
425. Ikrimah berkata, "Saya melihat seseorang[55] shalat di makam Ibrahim dan dia mengucapkan takbir pada setiap ruku, mengangkat (kepala), berdiri, dan duduk." (Dalam satu riwayat: Dia berkata, "Aku melakukan shalat[56] di belakang seorang syekh di Mekah, lalu ia bertakbir sebanyak dua puluh dua kali.)[57] Lalu, aku bertanya kepada Ibnu Abbas (mengenai shalat itu). Kemudian dia berkata kepadaku, 'Bukankah yang demikian itu sama dengan shalat yang dikerjakan oleh Nabi? Tiada ibu bagimu.'" Dalam riwayat lain, lalu saya berkata kepada Ibnu Abbas, "Sesungguhnya dia itu orang bodoh." Ibnu Abbas menjawab, "Ibumu kehilangan kamu (Sial kamu)! Itu adalah sunnah Abul Qasim (Nabi Muhammad)."
Bab Ke-116: Bertakbir Apabila Berdiri dari Sujud
Bab Ke-117: Meletakkan Telapak Tangan di Atas Lutut pada Waktu Ruku
Abu Humaid berkata di hadapan sahabat-sahabatnya, "Nabi meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya."[58]
426. Mush'ab bin Sa'ad berkata, "Saya mendirikan shalat di samping ayahku, lalu saya letakkan kedua tanganku. Kemudian saya letakkan di antara dua pahaku. Lalu, ayahku melarangnya seraya berkata, 'Kami dulu melakukannya, lalu kami dilarang. Kami diperintahkan meletakkan tangan-tangan kami di atas lutut.'"
Bab Ke- 118: Apabila Seseorang Tidak Menyempurnakan Ruku
427. Zaid bin Wahab berkata, "Hudzaifah pernah melihat seorang yang tidak melakukan ruku dan sujud dengan sempurna. [Maka setelah selesai shalatnya, l/197], Hudzaifah berkata kepadanya, 'Engkau tidak shalat. Jika engkau mati, maka engkau mati di atas agama yang bukan agama Muhammad.'" (Dan dalam satu riwayat: "Engkau mati tidak di atas sunnah Nabi Muhammad.")
Bab Ke-119: Meluruskan Punggung pada Waktu Ruku
Abu Humaid berkata di hadapan sahabat sahabatnya, "Nabi ruku dan meluruskan punggungnya."[59]
Bab Ke-120: Batas Menyempurnakan Ruku, I'tidal, dan Thuma'ninah
428. Al-Barra' berkata, "Ruku Rasulullah, sujudnya, (duduk) di antara dua sujud, dan ketika beliau bangun dari ruku (i'tidal), selain berdiri dan duduk (tasyahud), adalah hampir sama."
Bab Ke-121: Perintah Nabi Kepada Seseorang yang tidak Melakukan Ruku dengan Sempuma Supaya Mengulangi Shalatnya
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Hurairah mengenai orang yang jelek shalatnya, yang kalau Allah mengizinkan akan disebutkan pada '79 - AL-ISTI’DZAN / 18 - BAB'.")
Bab Ke-122: Doa di Dalam Ruku
429. Aisyah r.a. berkata, "Nabi [sering 1/199] mengucapkan (dan di dalam satu riwayat: Tidaklah Nabi mengerjakan suatu shalat setelah turunnya ayat "Idzaa jaa-a nashrullaahi wal fath" melainkan beliau mengucapkan 6/93) di dalam ruku dan sujudnya "Subhaanakallahumma Rabbanaa Wabihamdika Allahummaghfirlii 'Mahasuci Engkau, ya Allah, Tuhan kami! Segala puji untuk-Mu. Ya Allah, ampunilah aku'."
Bab Ke-123: Apa yang Dibaca Oleh Imam dan Makmum yang Ada di Belakangnya Apabila Mengangkat Kepalanya dan Ruku
430. Abu Hurairah berkata, "Apabila Nabi selesai membaca 'Sami'allahu liman hamidah', beliau mengucapkan, 'Allaahumma rabbana walakal hamdu.' Pada waktu ruku dan mengangkat kepalanya dari (ruku), Nabi mengucapkan takbir. Apabila beliau berdiri dari kedua sujud[60], beliau mengucapkan, 'Allahu Akbar'."
Bab Ke-124: Keutamaan Mengucapkan, "Allahumma Rabbanaa Lakal Hamdu."
431. Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila imam membaca, 'Samiallahu liman hamidah' (semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya), maka ucapkanlah, 'Allahumma rabbanaa lakal hamdu' 'Wahai Tuhan kami, hanya bagiMulah segala puji'. Karena, barangsiapa yang ucapannya bersesuaian dengan ucapan malaikat, maka diampunilah dosanya yang telah lampau."
Bab Ke-125: Membaca Qunut di Dalam Shalat
432. Abu Hurairah berkata, "Sungguh saya akan mendekati shalat Nabi." Lalu Abu Hurairah membaca qunut dalam rakaat terakhir dari shalat zhuhur, isya, dan subuh setelah ia membaca "Sami'allahu liman hamidah". Lalu, ia mendoakan orang-orang mukmin dan mengutuk orang-orang kafir.[61]
433. Anas berkata, "Qunut itu pada shalat magrib dan subuh."
434. Rifa'ah bin Rafi' ar-Ruzaqi berkata, "Pada suatu hari kami shalat dibelakang Nabi. Ketika beliau mengangkat kepala dari ruku sambil mengucapkan, "Sami'allahu liman hamidah" 'semoga Allah mendengarkan orang yang memuji-Nya', maka seseorang laki-laki mengucapkan, "Rabbana walakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubaraakan fiihi" 'Wahai Tuhan kami, hanya bagiMulah segala puji dengan pujian yang banyak, baik, dan diberkahi'. Setelah beliau berpaling (salam), beliau bertanya, 'Siapakah orang yang mengucapkannya?' Ia menjawab, 'Saya.' Beliau bersabda, 'Saya telah melihat tiga puluh lebih malaikat bersegera, entah yang mana yang pertama menulisnya.'"
Bab Ke-126: Thuma'ninah Ketika Mengangkat Kepala dari Ruku
Abu Humaid berkata, "Nabi bangun (dari ruku) dan berdiri lurus sampai tulang belakangnya kembali ke posisinya semula."[62]
435. Dari Tsabit, ia berkata, "Anas menerangkan kepada kami cara shalat Rasulullah. Yaitu, beliau melakukan shalat. Apabila beliau telah mengangkat kepala dari ruku, maka beliau berdiri sehingga kami mengatakan bahwa beliau lupa (karena lamanya berdiri -penj.)."
436. Al-Barra' r.a. berkata, "Ruku Nabi, sujudnya, masa berdirinya setelah ruku, dan [duduknya 1/199] di antara dua sujud adalah sama lamanya."
437. Abu Qilabah berkata, "Malik ibnul-Huwairits memberi contoh kepada kita bagaimana cara Nabi mengerjakan shalat. Hal itu dilakukan di luar waktu shalat. (Dan dalam satu riwayat: Abu Qilabah berkata, "Malik ibnul-Huwairits datang, lalu shalat dengan kami di masjid kami ini. Dia berkata, 'Aku hendak shalat dengan kalian, tetapi bukan shalat sungguhan. Aku hanya hendak memberitahukan kepada kalian bagaimana aku melihat Rasulullah mengerjakan shalat, 1/200). Ia lalu berdiri, memantapkan berdirinya, kemudian ruku (seraya bertakbir, 1/199). Lalu, memantapkan rukunya. Kemudian mengangkat kepalanya dan berdiri tegak beberapa lama. Kemudian sujud, lalu mengangkat kepalanya beberapa lama.'" Abu Qilabah meneruskan, "Malik ibnul-Huwairits shalat sebagai imam dengan cara shalat yang diajarkan oleh guru kita Abu Buraid ini (dalam satu riwayat: Amr bin Salimah). Abu Buraid apabila selesai mengangkat kepalanya dari sujud terakhir, dia duduk, [dan menekan di atas tanah], kemudian bangkit. (Dalam satu riwayat darinya: Dia melihat Nabi shalat. Apabila berada dalam rakaat yang ganjil dari shalatnya, beliau tidak bangun sehingga duduk dulu). (Dan dalam riwayat lain: "Beliau melakukan sesuatu yang belum pernah aku melihat mereka melakukannya. Beliau menyempurnakan takbir, dan duduk pada rakaat ketiga dan keempat 1/199).
Bab Ke-127: Menurunkan Badan dengan Bertakbir Ketika Akan Bersujud
Nafi' berkata, "Ibnu Umar (apabila turun sujud) meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya."[63]
438. Abu Bakar bin Abdurrahman bin Harits bin Hisyam dan Abu Salamah bin Abdurrahman mengatakan bahwa Abu Hurairah mengucapkan takbir dalam semua shalatnya, yang wajib maupun yang sunnah, pada bulan Ramadhan ataupun bulan-bulan lainnya. Dia mengucapkan takbir pada waktu berdiri untuk shalat Kemudian bertakbir ketika hendak ruku. Lalu, dia mengucapkan, "Sami'allaahu liman hamidah" 'Semoga Allah mendengarkan orang yang memuji-Nya'. [ketika dia mengangkat punggungnya dari ruku 1/191], kemudian dia mengucapkan [sambil berdiri], "Rabbana lakal hamdu" 'Ya Allah, hanya bagiMulah segala puji', sebelum sujud. Kemudian dia mengucapkan takbir pada waktu sujud dan pada waktu mengangkat kepalanya dari sujud. Lalu, takbir lagi pada waktu bangun dari duduk pada rakaat kedua (tasyahud awal). Dia melakukan hal itu dalam setiap rakaat sampai dia menyelesaikan shalat. Sehabis shalat, dia mengatakan, "Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya! Sungguh shalatku lebih dekat kepada shalat Rasulullah daripada shalat kalian, dan inilah cara shalat beliau sampai beliau meninggal dunia."
439. Abu Hurairah r.a. berkata, "Ketika Rasulullah mengangkat kepala beliau dari rakaat terakhir (2/15) shalat isya (7/165), beliau mengucapkan (dan dalam satu riwayat: apabila beliau hendak mendoakan keburukan atas seseorang, atau mendoakan kebaikan bagi seseorang, beliau berqunut sesudah ruku. Kadang-kadang sesudah mengucapkan 5/171), "Sami'allaahu liman hamidah rabbaana lakal hamdu" 'Semoga Allah mendengarkan orang-orang yang memuji-Nya, dan bagi-Mulah segala puji'," beliau mendoakan beberapa orang. Beliau sebut nama-nama mereka. Lalu, beliau (dan dalam satu riwayat: ketika Nabi sedang melakukan shalat Isya, ketika beliau usai mengucapkan, 'Sami'allahu liman hamidah', sebelum sujud 5/184) membaca, 'Ya Allah, selamatkanlah al-Walid ibnul-Walid, Salamah bin Hisyam, Ayyasyi bin Abu Rabi'ah, dan orang-orang yang lemah dari kaum mukminin. Ya Allah, keraskanlah tindakan-Mu atas suku Mudhar, dan timpakan atas mereka tahun-tahun seperti tahun-tahun Yusuf (paceklik).' Beliau ucapkan semua itu dengan suara nyaring. Semua itu dilakukan dalam shalat subuh. Penduduk Masyriq dewasa itu menentang kepada Mudhar. Beliau mengucapkan dalam sebagian shalatnya dalam shalat subuh, 'Ya Allah, kutuklah si Fulan dan si Fulan', yang beliau tujukan kepada beberapa suku bangsa Arab,[64] hingga Allah menurunkan ayat 'Kamu tidak punya wewenang sedikit pun tentang urusan itu'."[65]
Bab Ke-128: Keutamaan Sujud
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Hurairah yang panjang dalam pembicaraan tentang masalah melihat Allah pada hari kiamat, yang akan disebutkan pada '97-AT-TAUHID/24-BAB'.")
Bab Ke- 129: Menampakkan Kedua Lengan Dan Merenggangkau Dalam Sujud
440. Abdullah bin Malik bin Buhainah mengatakan bahwa Nabi saw. apabila sujud, beliau merenggangkan kedua lengannya (dari rusuknya), sehingga kelihatan putih ketiaknya.
Bab Ke-130: Menghadapkan Ujung Jari Kedua Kaki Ke Kiblat
Abu Humaid meriwayatkan hal itu dari Nabi saw.[66]
0 komentar:
Posting Komentar