Selasa, 30 November 2010

Seruan Dalam Sholat Dan Ibadah Bab Terakhir

Bab Ke-131: Apabila Seseorang Tidak Menyempurnakan Sujudnya
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Hudzaifah yang tersebut pada nomor 427 di muka.")

Bab Ke-132: Bersujud di Atas Tujuh Anggota Badan
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas yang akan disebutkan pada bab berikut ini.")

Bab Ke-133: Sujud di Atas (dengan Menempelkan) Hidung (ke Tempat Sujud)
 
441. Ibnu Abbas r.a. berkata, "Nabi bersabda, 'Saya (dalam satu riwayat: kami) diperintahkan untuk bersujud di atas tujuh tulang yaitu atas dahi (dan beliau menunjuk dengan tangan beliau ke hidung), kedua tangan, dua lutut, dan jari jari dari dua telapak kaki, dan kami tidak membelokkan kain dan rambut.'"


Bab Ke-134: Sujud di Atas Hidung di Atas Tanah
 
442. Abu Salamah berkata, "Aku datang kepada Abu Sa'id al-Khudri, lalu aku berkata kepadanya, 'Tidakkah sebaiknya engkau keluar bersama kami menuju pohon kurma untuk berbincang-bincang?' Abu Said pun keluar, dan aku berkata kepadanya, 'Ceritakanlah kepadaku apa yang telah engkau dengar dari Nabi tentang (dan dalam satu riwayat: aku bertanya kepada Abu Sa'id al-Khudri, [dan dia itu teman saya 2/ 253]. Aku bertanya, 'Apakah engkau pernah mendengar Rasulullah menyebut-nyebut 2/258) malam Qadar?' Dia berkata, 'Rasulullah sedang i'tikaf sepuluh hari pertama bulan Ramadlan. Kami pun i'tikaf bersama-sama dengan beliau. Maka, datanglah malaikat Jibril seraya berkata, 'Sesungguhnya malam yang engkau cari ada di depanmu.' Nabi meneruskan lagi i'tikaf beliau pada sepuluh hari pertengahan bulan, dan kami pun i'tikaf bersama-sama dengan beliau. [Pada pagi hari kedua tanggal dua puluh, kami pindahkan barang-barang kami 2/259], lalu datang pula malaikat Jibril seraya mengatakan, 'Sesungguhnya malam yang engkau cari ada di depanmu.' Keesokan harinya pada tanggal dua puluh bulan Ramadhan, Nabi berpidato, 'Barangsiapa melakukan itikaf bersamaku, maka hendaklah dia kembali.' Lalu orang-orang kembali ke masjid. (Dan dalam satu riwayat: lalu beliau berpidato kepada orang-orang, dan memerintahkan kepada mereka apa yang dikehendaki Allah. Kemudian beliau bersabda: 'Aku beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir. Maka, barangsiapa hendak beri'tikaf bersamaku, hendaklah ia tetap di tempat i'tikafnya 2/254). Karena, sesungguhnya aku telah diperlihatkan malam Qadar, tetapi aku dilupakan tanggalnya. Namun, ia ada pada sepuluh malam terakhir, [dan carilah 2/254] pada setiap malam ganjil. Aku melihat (dalam mimpi) seakan-akan aku bersujud dalam lumpur dan air [pada kesokan harinya 2/256].' Setelah beliau kembali ke tempat i'tikafnya, langit mendung dan banyak angin, lalu turun hujan. Maka, demi Allah yang telah mengutus beliau dengan benar, sesungguhnya langit mendung dan banyak angin pada akhir hari itu. Pada waktu itu atap masjid terbuat dari pelepah kurma, dan di langit kami tidak melihat awan sedikit pun. Tetapi, tidak lama kemudian, datanglah awan gelap dan turun hujan dengan lebatnya sehingga atap mengalirkan air. (Dan dalam satu riwayat: maka, masjid meneteskan air di tempat shalat Nabi pada malam kedua puluh satu). Lalu, shalat diiqamahi (1/163), maka beliau shalat bersama-sama dengan kami. Lalu, kami lihat Nabi sujud di air dan tanah hingga saya melihat tanah dan air melekat di kening dan di puncak hidung Rasulullah. (dan dalam satu riwayat: lalu mataku memandang kepada beliau ketika selesai shalat subuh, sedang wajah beliau penuh dengan tanah dan air], sesuai benar dengan mimpi beliau."


Bab Ke-135: Mengancingkan Baju dan Melipatrrya dengan Tepat (Pada Waktu Shalat) dan Orang yang Melipat Pakaiannya karena Khawatir Auratnya Terbuka
 
443. Sahl bin Sa'ad berkata, "Orang-orang shalat bersama Nabi dan mereka mengikatkan sarung-sarung mereka ke kuduk (leher) masing-masing, karena kecilnya sarung itu. Karena itu, dikatakan kepada kaum wanita, 'Janganlah kamu mengangkat kepalamu (dari sujud) sebelum kaum laki-laki duduk dengan sempurna.'"

Bab Ke-136: Seseorang Hendaknya Tidak Melipat (Menyingkirkan) Rambutnya (Pada Waktu Shalat)
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Ibnu Abbas yang tersebut pada nomor 441 di muka.")

Bab Ke-137: Seseorang Hendaknya Tidak Melipat (Menyingkirkan) Pakaiannya Pada Waktu Shalat
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Abbas yang diisyaratkan di atas.")

Bab Ke-138: Tasbih dan Doa Dalam Sujud
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan bagian dari hadits Aisyah yang tertera pada nomor 425.")

Bab Ke-139: Berdiam di Antara Dua Sujud

444. Tsabit dari Anas bin Malik r.a. berkata, "Sesungguhnya saya tidak gegabah untuk shalat bersamamu sebagaimana saya melihat Nabi shalat menjadi imam kami." Tsabit berkata, "Anas melakukan sesuatu yang tidak pernah aku lihat kalian melakukannya. Dia (Dalam satu jalan periwayatan lain darinya, katanya, "Anas menerangkan kepada kami cara shalat Nabi, lalu dia melakukan shalat. Kemudian 1/194) mengangkat kepalanya setelah ruku (beberapa lama) sehingga ada orang yang berkata, 'Sesungguhnya dia lupa.' Dia duduk di antara dua sujud sehingga ada orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya dia lupa (untuk sujud kedua, karena lamanya duduk antara dua sujud).'"

Bab Ke-141: Orang yang Duduk dalam Rakaat yang Ganjil dalam Shalatnya Lalu Bangun
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meeriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Malik ibnul Huwairits yang sudah disebutkan pada nomor 427 di muka.")

Bab Ke-142: Bagaimana Seseorang Itu Bersandar di Atas Tanah Apabila Berdiri dari Menyelesaikan Rakaat

(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian lain dari hadits Malik ibnul Huwairits yang diisyaratkan di muka.")

Bab Ke-140: Tidak Boleh Menjulurkan Kedua Lengannya dalam Sujud

Abu Humaid berkata, "Nabi sujud dan meletakkan kedua tangannya (di atas tanah) dengan tidak menjulurkan kedua lengannya di tanah dan tidak merapatkannya pada tubuhnya."[67]

Bab Ke-143: Bertakbir Ketika Bangun dari Kedua Sujud
 
Ibnu Zubair mengucapkan takbir sewaktu bangun.[68]
445. Anas bin Malik r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Luruskanlah dalam sujud. Jangan seseorang diantaramu menghamparkan kedua hasta nya (lengan nya) seperti anjing menghamparkan kedua kaki depannya."

446. Sa'id bin Harits berkata, "Abu Sa'id mengimami kami shalat. Ketika dia mengangkat kepala dari sujud, dia mengeraskan takbir. Demikian juga ketika sujud, ketika bangkit (dari sujud), dan ketika berdiri dari dua rakaat. Ia berkata, 'Demikianlah saya melihat Nabi.'"[69]

Bab Ke-144: Sunnah Duduk dalam Tasyahud
 
Ummu Darda' pada waktu shalat duduk seperti laki-laki, sedangkan ia adalah wanita yang benar-benar pandai dalam agama.[70]
447. Abdullah bin Abdullah mengatakan bahwa ia memberitahukan kepada nya (Abdurrahman) bahwa ia melihat Abdullah bin Umar duduk bersila di dalam shalat apabila duduk. Maka, ia melakukannya sedang ketika itu ia masih kecil. Lalu Abdullah bin Umar melarang seraya berkata, "Sunnah (aturan) shalat adalah kamu tegakkan kaki kananmu dan kamu lipatkan kaki kirimu." Lalu ia berkata kepadanya, "Sesungguhnya engkau berbuat begitu." Abdullah bin Umar menjawab, "Sesungguhnya kedua kakiku tidak dapat mengangkat aku."

448. Muhammad bin Amr bin Atha' mengatakan bahwa ia duduk bersama sekelompok dari sahabat Nabi saw.. Lalu mereka menyebut-menyebutkan perihal shalat Nabi. Abu Humaid as-Sa'idi berkata, "Saya adalah orang yang paling hafal di antara kalian tentang shalat Rasulullah. Saya melihat apabila beliau bertakbir, beliau angkat kedua tangan beliau sejajar dengan kedua pundak beliau. Apabila ruku, beliau letakkan kedua tangan beliau pada kedua lutut. Kemudian beliau membungkukkan punggung. Apabila beliau mengangkat kepala (dari ruku) beliau tegak sehingga tiap-tiap tulang belakangnya kembali ke tempatnya. Apabila sujud, beliau letakkan kedua tangan beliau dengan tidak merentang (menjulurkan lengan dengan meletakkannya di tanah) juga tidak menggenggam, dan beliau hadapkan ujung jari-jari beliau ke kiblat. Apabila beliau duduk di rakaat yang kedua, maka beliau duduk di atas kaki kiri dan menegakkan kaki kanan. Apabila beliau duduk di rakaat terakhir, maka beliau julurkan kaki kiri dan ditegakkannya kaki yang lain. Beliau duduk di atas pantat beliau."

Bab Ke- 145: Orang yang Berpendapat bahwa Tasyahud Awal Tidak Wajib, karena Nabi Berdiri Setelah Rakaat yang Kedua dan Tidak Kembali (Yakni Tidak Duduk Kembali untuk Mengerjakan Tasyahud Awal)
 
449. Abdullah bin Buhainah, ia dari Azdi Syanu'ah yang telah mengikat janji setia dengan bani Abdi Manaf (dan dalam satu riwayat: telah mengikat janji setia/sekutu dengan bani Abdil Muthalib 2/67), dan ia termasuk sahabat Nabi, mengatakan bahwa Nabi shalat zhuhur bersama mereka. Beliau berdiri dalam dua rakaat pertama tanpa duduk (tasyahud), (kemudian beliau meneruskan shalatnya 7/326). Maka, orang-orang berdiri bersama beliau. Sehingga, setelah beliau selesai shalat dan orang-orang menantikan bacaan salam beliau, beliau bertakbir sambil duduk. Lalu, beliau sujud dua kali, (dengan bertakbir setiap kali sujud) sebelum mengucapkan salam. Baru kemudian beliau mengucapkan salam.


Bab Ke-146: Tasyahud dalam Duduk Pertama (Yakni Tasyahud Awal)
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Buhainah di atas.")

Bab Ke-147: Tasyahud di Waktu Duduk Terakhir (Tasyahud Akhir)
 
450. Abdullah berkata, "Ketika kami shalat di belakang Nabi, kami mengucapkan, ['Assalaamu 'alallah 'Keselamatan atas Allah' (dan dalam satu riwayat: sebelum 7/127) hamba-hamba Nya'] 'Assalaamu 'ala Jibril wa Mikail, as-salamu 'ala fulan wa fulan' 'keselamatan atas Jibril dan Mika'il, keselamatan atas Fulan dan Fulan'." (Dan dalam satu riwayat: Sebagian kami mengucapkan salam atas sebagian yang lain. 2/60). Kemudian Nabi menoleh kepada kami. (Dan dalam satu riwayat: Maka setelah Nabi selesai, beliau menghadapkan wajah beliau kepada kami). [Pada suatu hari 7/151], lalu bersabda, 'Janganlah kamu mengucapkan, Assalaamu 'alallah, karena sesungguhnya Allah adalah Maha Penyelamat. Apabila salah seorang di antara kamu shalat (dan dalam satu riwayat: apabila salah seorang di antara kamu duduk dalam shalat), maka ucapkanlah:


"Attahiyaatu lillaahi washshalawaatu wath-thayyibaatu, as-salaamu'alaika ayyuhan-nabiyyu warahmatullahi wabarakaatuhu, as-salamu 'alaina wa'alaa 'ibaadillahish-shaalihiin. Asyhadu an laailaaha illallaahu wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu warasuuluh" "Kehormatan bagi Allah, demikian juga berkah dan kebaikan. Semoga keselamatan tetap atas engkau wahai Nabi, demikian pula rahmat serta hidayah Nya. Semoga keselamatan tetap atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya." Sesungguhnya apabila kamu mengucapkannya, maka sampailah (dan dalam riwayat lain: maka sesungguhnya kamu telah mengucapkan salam kepada) setiap hamba Allah yang saleh baik di langit maupun di bumi. Setelah itu dia memilih doa (dan dalam satu riwayat: lafal pujian) yang ia sukai, kemudian berdoa.'"


Bab Ke-148: Doa Sebelum Salam

451. Aisyah, istri Nabi saw., menginformasikan bahwa Rasulullah selalu berdoa dalam shalat:


"Allahumma innii a'uudzu bika min 'adzaabil-qabri wa a'uudzu bika min fitnatil-mashiihid dajjaali, wa a'uudzu bika min fitnatil-mahyaa wafitnatil-mamaati. Allahumma innii a'uudzu bika minal-ma'tsami wal maghrami." "Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada Mu dari siksa kubur. Dan saya berlindung kepada Mu dari fitnah Al-Masiih Dajjal. Dan saya berlindung kepada Mu dari fitnah ketika hidup dan fitnah setelah mati. Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepada Mu dari dosa dan utang." Lalu seseorang berkata kepada Rasulullah, "[Wahai Rasulullah, 3/85], alangkah seringnya engkau memohon perlindungan dari utang." Beliau bersabda, 'Sesungguhnya seseorang yang berutang bila berbicara, maka dia berdusta. Apabila berjanji, maka dia mengingkari.'" (Dan dalam satu riwayat dari Aisyah) dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah berlindung kepada Allah di dalam shalatnya dari fitnah Dajjal."

452. Abu Bakar r.a. berkata kepada Rasulullah, "Ajarkanlah kepadaku doa yang saya baca dalam shalatku." Beliau bersabda, "Ucapkanlah:


"Allahumma innii zhalamtu nafsii zulman katsiiran walaa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta faghfir lii maghfiratan min 'indika warhamnii, innaka antal ghafuurur rahiim." "Ya Allah, sesungguhnya saya sangat banyak menganiaya terhadap diri saya sendiri. Tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau. Maka, ampunilah saya dengan ampunan dari sisi Mu, dan sayangilah saya. Karena, sesungguhnya Engkau adalah Zat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Bab Ke-149: Doa yang Dapat Dipilih Sesudah Tasyahud Tetapi Tidak Wajib
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Mas'ud pada dua hadits sebelum ini." ['Yakni hadits nomor 450'-Penj.])

Bab Ke-150: Orang yang Tidak Mengusap Dahi dan Hidungnya Sehingga Ia Selesai Shalat

Abu Abdillah berkata, "Saya melihat al-Humaidi berhujah dengan hadits ini (56) agar seseorang jangan mengusap dahinya di dalam shalat."
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian dari hadits Abu Sa'id yang tersebut pada nomor 442 di muka.")

Bab Ke-151: Mengucapkan Salam

453. Hindun bin al-Harits (al-Firasiah [dan dalam satu riwayat: al-Qurasyiah], istri Mabad ibnul-Miqdad, sekutu bani Zuhrah, dan biasa menemui istri-istri Rasulullah, 1/206), mengatakan bahwa Ummi Salamah r.a. (sahabatnya) berkata, "Rasulullah apabila selesai mengucapkan salam, maka orang-orang wanita berdiri, dan beliau diam sebentar [di tempatnya]. Beberapa laki-laki masih ada yang mengerjakan shalat menurut yang dikehendaki Allah. Apabila Rasulullah berdiri, maka berdirilah para laki-laki (1/210) sebelum beliau berdiri." (Dan dalam riwayat yang mu'allaq disebutkan bahwa Rasulullah mengucapkan salam. Kemudian para wanita bubar dan masuk ke rumah masing-masing sebelum Rasulullah bubar.)" Ibnu Syihab berkata, "Aku pikir, dan Allah lebih mengetahui, maksud dari tinggalnya Rasulullah di tempat ialah agar para wanita meninggalkan tempat itu sebelum tersusul oleh kaum lelaki yang telah menyelesaikan shalat mereka."


Bab Ke-152: Bersalam Ketika Imam Mengucapkan Salam
 
Ibnu Umar menyukai orang yang di belakang imam mengucapkan salam setelah imam mengucapkannya.[72]
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits Itban bin Malik pada nomor 237.")

Bab Ke-153: Orang yang Tidak Memandang Perlu Menjawab Salam Imam dan Menganggap Cukup dengan Mengucapkan Salam dalam Shalat Itu
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian besar hadits Itban bin Malik di muka.")

454. Amr diberitahukan oleh Abu Ma'bad, mantan budak Ibnu Abbas, bahwa mantan majikannya memberitahukan kepadanya bahwa kerasnya suara zikir ketika orang-orang selesai dari shalat fardhu adalah berlaku pada masa Nabi saw.. Ibnu Abbas berkata, "Saya mengetahui ketika mereka selesai, karena saya mendengarnya." (Dalam satu riwayat dari Ibnu Abbas) katanya, "Aku mengetahui selesainya shalat Nabi karena takbir." Amr berkata, "Abu Ma'bad adalah mantan budak Ibnu Abbas yang paling tepercaya." Ali[73] berkata, "Namanya adalah Nafidz."

Bab Ke-154: Zikir Sesudah Shalat
 
455. Abu Hurairah r.a. berkata, "Orang-orang fakir datang kepada Nabi dan berkata, 'Para orang kaya mendapatkan derajat yang tinggi dan kenikmatan yang lestari.' (Nabi bertanya, "Bagaimana bisa begitu?' Mereka menjawab 7/151), "Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Mereka mempunyai kelebihan harta yang dapat dipergunakan untuk haji dan umrah. Mereka berjuang (dalam satu riwayat: mereka berjuang sebagaimana kami berjuang). Mereka bersedekah, (sedangkan kami tidak memiliki harta).' Beliau bersabda, 'Maukah aku katakan kepadamu sesuatu yang jika kamu mau mengambilnya, maka kamu akan menyusul orang yang mendahului kamu? Bahkan, seseorang sesudahmu tidak dapat menyusulmu. Kamu akan menjadi sebaik-baik orang di tengah-tengah mereka kecuali orang yang beramal sepertimu. Yaitu, kamu baca tasbih (menyucikan Allah / 'Subhanallah'), tahmid (memuji Allah / 'Alhamdulillah'), dan takbir (mengagungkan-Nya / 'Allahu Akbar') setelah shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.' Kemudian di antara kami terjadi perbedaan. Sebagian dari kami berkata, "Kami membaca tasbih tiga puluh tiga kali, membaca hamdalah tiga puluh tiga kali, dan membaca takbir tiga puluh empat kali. Kami kembali kapada beliau. Maka, beliau bersabda, 'Kamu ucapkan, 'Subhanallah, alhamdulillah, dan Allahu akbar', sehingga masing-masingnya tiga puluh tiga kali.'" (Dan dalam satu riwayat: Pada setiap kali selesai shalat kamu bertasbih sebanyak sepuluh kali, bertahmid sepuluh kali, dan bertakbir sepuluh kali.")


Bab Ke-155: Imam Menghadap Orang Banyak Jika Sudah Selesai Salam
 
456. Zaid bin Khalid al-Juhaniy r.a. berkata, "Rasulullah mengimami kami shalat subuh di Hudaibiyah sesudah turun hujan semalam. Ketika selesai salam, beliau datang kepada orang-orang dan bersabda, 'Apakah kamu tahu apa yang difirmankan oleh Tuhanmu?' Mereka menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.' Beliau bersabda, (Dia berfirman), 'Di antara hamba-hamba-Ku ada yang memasuki pagi hari sedang dia beriman dan kafir kepada-Ku. Adapun orang yang mengatakan, 'Kami diberi hujan dengan kemurahan dan rahmat Allah,' maka itulah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang-bintang. Adapun orang yang mengatakan, 'Kami diberi hujan karena bintang ini dan ini, maka itulah orang-orang yang kafir kepada-Ku dan iman kepada bintang-bintang."


Bab Ke-156: Berdiamnya Imam di Tempat Shalatnya Sesudah Salam
 
457. Nafi' berkata, "Ibnu Umar shalat sunnah di tempat yang dipergunakan olehnya untuk mengerjakan shalat fardhu." Hal ini pun dilakukan oleh al-Qasim.[74] Diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu, "Imam tidak boleh mengerjakan shalat sunnah di tempatnya melakukan shalat wajib." Tetapi, riwayat ini tidak sah.[75]

Bab Ke-157: Orang yang Selesai Shalat Berjamaah Lalu Ingat Suatu Keperluan, Kemudian Melangkahi Mereka
 
457. Uqbah (ibnul-Harits 2/64) r.a. berkata, "Saya shalat ashar di belakang Nabi di Madinah. Beliau mengucapkan salam, lalu berdiri dengan bergegas-gegas melangkahi pundak orang-orang ke kamar salah seorang istri beliau. Maka, orang-orang terkejut akan ketergesa-gesaan beliau. Lalu, beliau keluar kepada mereka dan beliau melihat bahwa mereka keheranan terhadap ketergesa-gesaan beliau. Lantas beliau bersabda, 'Saya teringat (ketika saya dalam shalat) akan sedikit emas batangan di sisi kami. Saya tidak suka emas itu mengangguku, maka aku perintahkan untuk dibagikan."

Bab Ke-158: Memalingkan Muka dan Pergi Meninggalkan Tempat dari Sebelah Kanan dan Kiri
 
Anas bin Malik pergi dari sebelah kanan dan dari sebelah kirinya. Ia mencela orang yang selalu keluar dari sebelah kanan mereka saja.[76]
459. Abdullah berkata, "Janganlah salah seorang dari kamu memberikan sesuatu dari shalatnya kepada setan. Yaitu, ia berpendapat bahwa ia harus berpaling ke sebelah kanannya saja. Karena, saya melihat Nabi banyak berpaling ke sebelah kiri beliau."


Bab Ke-159: Mengenai Bawang Putih, Bawang Merah, dan Bawang Perai yang Mentah
 
Nabi saw bersabda, "Barangsiapa makan bawang putih atau bawang merah karena lapar atau lainnya, maka janganlah mendekati masjid kami."[77]
460. Ibnu Umar mengatakan bahwa Nabi saw. pada waktu Perang Khaibar bersabda, "Barangsiapa yang makan dari pohon ini, yakni bawang putih, maka janganlah sekali-kali mendekati masjid kami."

461. Jabir bin Abdullah berkata, "Nabi bersabda, 'Barangsiapa yang makan bawang putih atau bawang merah, maka hendaklah ia menjauhi kami.' Atau, beliau bersabda, 'Hendaklah ia menjauhi kami dan duduk di rumah saja.'" (Dan dalam satu riwayat: "Maka janganlah ia mendatangi kami di masjid-masjid kami." Saya [perawi] bertanya, "Apakah yang beliau maksudkan?" Jabir menjawab, "Saya kira tidak ada yang beliau maksudkan kecuali karena bawang itu mentah." Dan dalam satu riwayat: "Karena baunya.")

462. Dibawakan kepada Nabi saw. kendil (periuk) yang penuh dengan sayur-mayur. Beliau mencium baunya lalu bertanya. Kemudian beliau diberitahukan tentang sayur-mayur yang ada di dalamnya. Beliau bersabda, "Dekatkanlah!" (Lalu mereka mendekatkan 8/159) kepada sebagian sahabat yang bersama beliau. Ketika melihatnya, beliau tidak senang untuk memakannya. Beliau bersabda, "Makanlah karena saya akan bercakap-cakap dengan orang yang tidak mau kamu ajak bicara."

463. Abdul Aziz berkata, "Salah seorang laki-laki bertanya kepada Anas, 'Apakah yang telah engkau dengar dari Nabi tentang bawang putih?' Dia menjawab, "Nabi bersabda, 'Barangsiapa makan dari pohon ini, maka janganlah ia mendekati kami (dalam satu riwayat: Jangan sekali-kali mendekati masjid kami 6/213) atau shalat dengan kami.'"


Bab Ke-160: Wudhu Anak Kecil yang Belum Balig dan Kapan Mereka Diwajibkan Mandi serta Bersuci; Kehadiran Mereka Pada Shalat Jamaah, Shalat 'Id, dan Shalat Jenazah serta Shaf Mereka dalam Shalat

464. Asy-Sya'bi berkata, "Aku diberitahu oleh orang-orang yang berjalan bersama Nabi melewati kuburan yang terpencil. Lalu, beliau mengimami mereka dan mengatur shafnya." Aku berkata, "Wahai Abu Amr, siapakah yang memberitahu kamu tentang hal itu?" Dia menjawab, "Ibnu Abbas."


Bab Ke-161: Keluarnya Kaum Wanita ke Masjid di Waktu Malam dan di Waktu Cuaca Masih Gelap
 
465. Ibnu Umar r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Apabila istri-istrimu minta izin ke masjid di malam hari maka berikanlah izin kepada mereka itu." (Dan dalam satu riwayat: "Maka janganlah ia melarangnya." 1/211).
466. Dari Yahya bin Sa'id dari Amrah binti Abdur Rahman dari Aisyah, bahwa ia berkata, "Andaikata Rasulullah mengetahui apa yang dilakukan wanita (sekarang), beliau tentu melarang mereka untuk pergi ke masjid sebagaimana wanita bani Israel telah dilarang." Aku bertanya kepada Amrah, "Apakah kaum wanita bani Israel itu dilarang sebab berbuat demikian itu?" Ia menjawab, "Ya."


Bab Ke-162: Shalat Kaum Wanita di Belakang Kaum Lelaki
 

Bab Ke-163: Bersegeranya Kaum Wanita Pulang dari Shalat Subuh dan Sebentar Saja Berdiam di Masjid
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya hadits Aisyah yang tercantum pada nomor 207 di muka.")

Bab Ke-164: Seorang Wanita Meminta Izin kepada Suaminya untuk Pergi ke Masjid
 
(Saya berkata, "Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Umar di atas.")

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Kumpulan Hadist Shahih | Al - Hadist . All Rights Reserved
Home | Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Site map
Design by Herdiansyah . Published by Borneo Templates